nusakini.com-Medan- Dalam konteks Muhammadiyah, membangun at-tadayun atau religiusitas umat dianggap penting karena ditujukan untuk meneguhkan identitas Kemuhammadiyahan.

Demikian ungkap Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir dalam Pengajian Ramadan yang diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumatera Utara bersama Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Jumat (15/4).

“Kepentingan kita adalah untuk meneguhkan kembali karakter atau sifat sekaligus juga tahsinah, kebajikan dari Muhammadiyah yang kita gerakkan ini sebagai gerakan Islam,” tuturnya.

Menurut Haedar, identitas sejati Muhammadiyah adalah al-harakah al-Islamiyah atau gerakan Islam amar makruf nahi munkar untuk mewujudkan kesejahteraan hidup manusia di dunia dan akhirat melalui apa yang disebut sebagai pusat-pusat keunggulan atau amal usaha.

“Amal saleh dari Amal Usaha Muhammadiyah kita adalah perpaduan antara dimensi duniawi dalam bentuk ‘usaha’ dan dimensi ruhani dalam bentuk ‘amal’. Sehingga ‘amal usaha’ itu pantulan dalam keberagamaan kita,” kata Haedar.

Adapun aspek yang harus disentuh oleh Muhammadiyah dalam penguatan religiusitas ini menurut Haedar adalah pada aspek sufistik, hikmah, irfani dan aspek ihsan. Sebab pada sisi ilmu agama (bayani) maupun ilmu pengetahuan modern (burhani), Muhammadiyah dianggap telah mapan.

“Bagaimana kita mewujudkan tahuid bukan hanya dimensi rububiyah, dimensi ilahiyah, dan dimensi mulkiyah, tapi juga menampilkan relasi kemanusiaan yang rahmatan lil-‘alamin sebagai pantulan tauhid Ar-Rahman dan Ar-Rahimnya Allah,” jelas Haedar.

Penguatan religiusitas dianggap Haedar cukup krusial bagi Muhammadiyah. Pasalnya di masa disrupsi seperti sekarang, arus politik dan perdebatan isu politik praktis cukup menguras energi umat kepada hal-hal yang bersifat jangka pendek dan tidak produktif.

Haedar tidak ingin Muhammadiyah mengalami pelunturan identitas sehingga terlalu sibuk berdebat dalam sentimen politik ketimbang memperkuat tradisi yang telah dibangun sejak masa Kiai Ahmad Dahlan, yakni memberikan khidmah dan kemanfaatan untuk manusia secara luas.

“Nah dari sisi ini saya ingin mengajak, mari kita membangun religiusitas Islam yang mencerahkan dimulai dari para pimpinan Muhammadiyah, lebih-lebih sebagai imam untuk juga masuk pada isu-isu yang mendalam, yang luas, yang inklusif tapi juga mencerahkan sehingga isu-isu kita itu tidak isu-isu yang parsial, praktis, pragmatis semata-mata. Karena dari situlah wajah muh Muhammadiyah akan kelihatan apakah Muhammadiyah itu al-harakah islamiyah atau lebih tampil sebagai gerakan-gerakan kemasyarakatan yang biasa-biasa saja,” tegas Haedar. (muhammadiyah)